1.
Rinduku membadai.
Hati-hati,
kau bisa diterbangkannya.
2.
Rinduku hujan angin.
Siapkan payungmu,
kau akan kuyup.
3.
Rinduku gempuran air
mengguyur dari langit.
Siapkan hatimu,
kau bisa menggelembung penuh.
4.
Rindumu pelan-pelan tiris di lenganku.
Ya, sebanyak itu rindumu.
Menghujan dari langit.
5.
Dan rindumu mencium keningku.
6.
Tetapi hati-hati,
rinduku menghalangi pandangmu.
Pasang lampumu.
Seka embunmu.
7.
Rinduku belati tajam yang baru kuasah.
Hati-hati memperlakukannya atau kau terluka.
8.
Rinduku roda-roda
yang bercengkerama
dengan aspal basah
dan genangan
setinggi mata kaki.
9.
Rinduku jutaan tetes,
takkan mampu kau menghitungnya,
rinduku jalin-berjalin,
mendekapmu.
8.
Rindumu mengiris nadiku. Tapi rinduku merenggut jantungmu.
9.
Rindumu tak pernah membuatku tak berdaya.
Rindumu membelah rindu baru seperti amoeba.
10.
Rinduku terlalu gemerlap untuk dibilang sederhana.
Rinduku memeluk kata,
lekap dalam dada.
11.
Kita menanam rindu
dan memanennya tahun depan.
Terlalu lama?
Kalau begitu, mari kita panen sekarang.
Kemasi barang-barangmu,
kita bulan madu ke luar angkasa
12.
Cintamu lebah hitam
menyengat di hati.
13.
Rinduku ratap senja,
dirampas malam dan hujan.
14.
Merindukanmu tanpa alasan adalah semua alasan yang kumiliki.
[Twitter, Cilandak-Ciganjur, saat hujan deras dan sopir angkot tak dapat melihat jalanan di depan, dan aku rindu padamu setengah mati, 19 Juli 2010. 6 pm- 7pm]
Leave a reply to Jia Effendie Cancel reply