Menurut saya, happily ever after itu adalah sesuatu yang harus diusahakan. Kamu enggak bisa menunggu sambil tidur-tiduran, lalu ada pangeran yang habis keliling dunia dalam pencarian kekasih hati menciummu lalu kalian hidup bahagia selamanya dalam keadaan bergelimang harta tahta dan cinta.
Eh tapi, dongeng seperti itu mungkin sudah tidak diminati lagi, enggak bisa dijadikan referensi hidup bahagia selamanya.
Coba dengar cerita ini:
Once upon a time… ada peri dalam kepompong tidur. Dia baru saja melakukan perjalanan lintas-waktu dan menandai seorang bayi perempuan. Perjalanan itu membuatnya kelelahan hingga ia masuk dalam kepompong tidurnya dan terlelap hingga lupa waktu. Ketika dia dilahirkan kembali sebagai manusia, dia sudah lupa segalanya—bahkan bayi perempuan yang ditandainya.
Kelahiran sebagai manusia membuatnya kebingungan. Terkadang, aturan-aturan manusia membuatnya ingin mati saja. Begitu kentara perbedaan dunia manusia dan peri. Padahal, dia termasuk peri ceria yang senang bercanda. Namun, di luar kepompongnya, dunia ini begitu menyiksa dan tidak bersahabat. Dia menghabiskan tahun-tahun manusianya dalam keadaan limbung dan separuh tidak bahagia. Karena dia lupa, apa yang harus dilakukannya di dunia ini.
Di belahan dunia lain, seorang penyihir tengah frustrasi. Dirinya sudah mulai menua, tetapi sihirnya tidak juga berkembang. Dia merasa perlu mencari peran lain dalam hidup. Namun, menjadi putri ternyata bukan pilihan bagus. Alih-alih pangeran, dia malah menemui perompak yang mengurungnya di menara cinta. Dia diabaikan di sana. Terluka.
Penyihir perempuan dan peri itu akan bertemu. Saat mereka bertemu, mereka saling menyembuhkan, saling menjulurkan sulur dan memeluk. Mereka berjanji untuk saling melindungi dan mencintai sampai akhir. Sebagai kekasih, sahabat, kakak, adik, dan segala peran baik yang ada di dunia.
Itu cerita saya, masih berlangsung.
Atau, bagaimana dengan cerita ini?
Lulu dan Eli bertemu di salah satu kamar kosong di rumah sakit. Anak laki-laki itu botak dan sedang bermain tetris di kolong tempat tidur. Lulu tersesat dan sedih, karena mataharinya sakit dan meredup. Mereka saling menguatkan, saling berbagi perih.
Kamu bisa membaca kisah selengkapnya di buku karya Winna Efendi, Happily Ever After.
Lalu, bagaimana dengan kisahmu?
Tulis di kolom komentar, dan dapatkan satu eksemplar buku Happily Ever After karya Winna Efendi. Jangan lupa sertakan alamat email dan id twitter. Saya tunggu sampai pukul 24.00 WIB hari ini.
Leave a comment