Kemarin, seorang penulis kirim email dan menanyakan ini:
Saya kan lagi bikin sinopsis untuk novel saya, cuma saya menemukan problem ketika sinopsisnya malah jadi tiga halaman, padahal kan syaratnya maksimal dua halaman A4 saja. Bagaimana, Kak? Apa boleh sebanyak tiga halaman? Kalau tidak, bagaimana saya menyiasatinya?
Nah, karena pasti banyak yang bingung juga soal sinopsis ini, jadi sekalian aja ya jawabannya ditulis di sini.
Setelah novelmu selesai, hal lain yang harus kamu lakukan (setelah mengedit draf pertamamu) adalah menulis sinopsis. Biasanya, salah satu persyaratan pengiriman naskah dari penerbit adalah harus melampirkan sinopsis (atau sederhananya, ringkasan cerita).
Nulis sinopsis itu susah (saya enggak akan bilang gampang-gampang susah, karena emang susah. hahaha. sama halnya dengan menulis, susah. lah ini kok jadi demotivasi?). Kenapa susah? Karena sinopsis adalah alatmu jualan naskah. Karena sinopsis harus bisa menggambarkan semua hal dalam ceritamu. Karena biasanya, hal pertama yang dibaca editor setelah judul novelmu, adalah sinopsis yang kamu lampirkan.
Lazimnya, penerbit akan memintamu menulis sinopsis sebanyak 1-2 halaman. Jadi, kamu harus belajar memepatkan 100-150 halaman novelmu jadi cuma 1-2 halaman aja. (Terkadang, kalau ketemu langsung editor, mereka suka nanya, novelmu ini tentang apa, sih? Kamu harus tahu cara menjelaskannya dalam satu kalimat saja!).
- Jangan tutupi endingnya. Berbeda dengan blurb cover belakang yang haram banget ngasih tahu ending, sinopsis untuk dikirim ke penerbit, harus ngasih tahu endingnya. Singkatnya, semua hal penting yang ada dalam cerita, harus ada dalam sinopsis.
- Kalau kira-kira sinopsismu bakalan berhalaman-halaman, hapus subplot-nya dan prioritaskan menulis plot utamanya saja.
Ini yang akan kamu butuhkan untuk menulis sinopsis satu halaman saja:
1. Penjelasan dasar tentang tokoh utama (nama, umur, pekerjaan, dan karakteristik utama si tokoh). Misalnya: nama si tokoh adalah Bellawati Angsa, umur 16 tahun, pelajar, orangtuanya berpisah.
2. Pembukaan (tempat cerita berlangsung dan keadaan apa yang dihadapi sama si tokoh utama). Misalnya: si tokoh utama harus pindah sekolah karena sesuatu dan lain hal.
3. Â Kejadian yang memulai aksi (si tokoh utama dipecat, atau putus, atau pacarnya selingkuh, atau baru masuk kantor baru, atau baru pindah sekolah, dll). Misalnya: di tempat baru si tokoh utama ketemu sama cowok ganteng.
4. Ide tentang sesuatu yang akan dipelajari si tokoh utama. Misalnya, ternyata cowok ganteng yang dingin dan keren itu adalah vampir)
5. Sesuatu yang membuat keadaannya lebih kompleks. Misalnya, ternyata si cowok ganteng dan keluarganya punya musuh dan ngincer si tokoh utama).
6. Resolusi atau ending
(lah kenapa contohnya jadi Twilight? Entahlah… cuma itu yang kepikiran)
Terus, semua itu dirangkai. Enggak usah pakai bahasa berbunga-bunga penuh majas seperti dalam naskahmu, karena sinopsis cukup dengan bahasa lugas. Hindari juga pake kalimat majemuk yang beranak pinak.
Sip, itu saja… semoga membantu dan tidak sok tahu 🙂
Leave a comment